HPI » Cerita » Menjadi Pengalih Bahasa dari Nol

Menjadi Pengalih Bahasa dari Nol

by Sarah Sungkar
4 comments

Mengawali karier sebagai pengalih bahasa tentu akan banyak rintangannya, apalagi jika tidak memiliki latar belakang yang cukup. Namun, tidak perlu khawatir karena, dengan kemauan yang kuat dan latihan yang kontinu, menjadi pengalih bahasa profesional tak lagi sekadar imajinasi.

Menjadi penerjemah dan/atau juru bahasa itu gampang-gampang susah. Oke, memang lebih banyak susahnya (lebih tepatnya menantang), tetapi jangan murung dulu. Susah bukan berarti mustahil dan gampang juga belum tentu lancar.

Selamat, jika Anda memiliki latar belakang yang cukup untuk memulai karier sebagai penerjemah atau juru bahasa. Latar belakang ini meliputi, misalnya, pernah sekolah bahasa/sastra, jurnalistik, atau komunikasi. Hobi menulis atau berani bicara pun bisa dianggap sebagai sesuatu yang bernilai – Anda tinggal mengasah dan menghaluskannya.

Nah, bagaimana jika Anda sama sekali tidak memiliki latar belakang yang cukup untuk menjadi penerjemah atau juru bahasa, padahal sangat ingin menggeluti profesi ini? Apakah masih mungkin dilakukan? Tentu saja!

Penerjemahan dan penjurubahasaan sebagian besar itu soal keterampilan. Keterampilan itu bisa dilatih dan dipelajari. Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya jam terbang, keterampilan Anda juga pasti akan berkembang.

Jadi, jika ingin menjadi penerjemah dan/atau juru bahasa, tahap awal yang bisa Anda coba adalah melatih kemampuan berbahasa. Sebagian dari Anda pasti sudah tahu bahwa ada empat keterampilan dalam berbahasa. Keempatnya adalah:

  1. Menyimak/mendengar: lisan pasif
  2. Berbicara: lisan aktif
  3. Membaca: tulisan pasif
  4. Menulis: tulisan aktif

Menjadi penerjemah berarti Anda dituntut untuk dapat membuat tulisan karena, sejatinya, penerjemah adalah penulis dan membaca adalah salah satu cara terbaik untuk memperkaya kosakata sekaligus mengenal aneka gaya penulisan.

Sementara itu, menjadi juru bahasa tentu harus terampil berbicara dan harus pintar menyimak karena Anda bertugas menyampaikan pesan melalui lisan. Menjadi juru bahasa juga tampaknya lebih menantang karena, selain dua kemampuan lisan, kemampuan tulisan membaca juga dibutuhkan agar perbendaharaan kata juru bahasa kaya. Jangan lupa untuk melatih vokal dan lafal agar Anda terdengar jelas, jernih, dan mudah dipahami.

Sebagai penerjemah dan/atau juru bahasa, latihan berbahasa adalah latihan seumur hidup dan, mana pun pilihan Anda, upayakan kuasai keempat keterampilan berbahasa tersebut. Jadi jangan bosan berlatih, ya!

Berikutnya yang perlu Anda lakukan adalah berlatih menerjemahkan. Banyak pemula menerjemahkan secara cuma-cuma dalam rangka melatih kemampuan. Ini juga bisa membangkitkan rasa percaya diri, lo. Anggap saja ‘kursus’ gratis karena dari sini kita dipaksa bertemu dengan beragam karya tulis atau kesempatan untuk dialihbahasakan. Bersabarlah dahulu, akan tiba saatnya Anda mematok tarif penerjemahan.

Untuk penjurubahasaan, mungkin terlalu berisiko jika kita berlatih lewat proyek aktual (sekalipun tidak dibayar). Berlatihlah dengan bahan-bahan yang siap pakai, seperti video-video di YouTube dan episode-episode siniar yang dapat diakses gratis. Masuki proyek aktual perlahan-lahan. Sadari kemampuan dan pengalaman saat menilai cocok tidaknya sebuah proyek untuk kita. Ibarat kata, sebelum tampil di panggung besar, bermainlah dahulu di panggung-panggung kecil.

Dua latihan yang saya sebut di atas itu adalah dasarnya. Disebut dasar karena memang inilah jantungnya penerjemah juga juru bahasa. Setelah rutin berlatih, Anda mulai bisa melakukan hal-hal yang mengarah ke ranah bisnis profesi ini, di antaranya:

  • Menyusun curriculum vitae (CV). Luangkan waktu untuk membuat ini. Buat semenarik mungkin, tetapi jangan melebih-lebihkan, ya. Begitu ada pengalaman baru, cantumkan dan perbarui CV Anda.
  • Mengikuti kursus, seminar, pelatihan, dan tes bahasa. Ini untuk menunjang dan mengasah kemampuan kita.
  • Bergabung dengan komunitas penerjemah. Aktif di sana dan cobalah berikan kontribusi. Belajar dari para senior, diskusi dengan mereka. Jangan ragu untuk bertanya dan tidak perlu malu jika melakukan kesalahan.
  • Melamar ke perusahaan atau bekerja secara mandiri (tidak di perusahaan). Jika ingin belajar di ekosistem yang mendukung sekaligus langsung bisa menghasilkan uang, cobalah dapatkan posisi di perusahaan/agensi terjemahan.
  • Bila sudah cukup yakin, mengikuti tes sertifikasi. Anda akan makin ‘bernilai’ jika sudah menjadi penerjemah atau juru bahasa bersertifikat. Peluang bagi yang belum bersertifikat tetap luas, tetapi dengan meraih sertifikasi, kesempatan akan terbuka kian lebar.

Orang bilang, tak harus hebat untuk memulai tapi supaya hebat kita harus memulai.

Memulai itu lumayan berat tetapi, jika keinginan sudah kuat, lanjutkan. Karena setelahnya akan terasa makin ringan. Anda akan makin terbiasa dan akan tahu dengan sendirinya apa yang perlu dilakukan dan apa yang dibutuhkan.

You may also like

4 comments

demuskratus 26 Oktober 2021 - 17:11

Terima kasih atas postingan-nya.

Reply
Mau Jadi Penerjemah? – Koki Kata 1 Juni 2022 - 16:18

[…] Tim penulis blog HPI juga pernah memuat artikel mengenai memulai karier penerjemah, mari baca di sini. […]

Reply
melisa 3 Oktober 2023 - 16:14

ada gak sih kak, contoh pekerjaan penerjemah, misalnya mengoreksi beberapa kata yang salah dalam satu paragraf, terus ada tips n triknya gk supaya kita bisa mengerjakan setiap tasknya sesuai waktu yang ditentukan.

terimakasih sebelumnya

Reply
Sarah Sungkar 12 Oktober 2023 - 13:27

Biasanya pekerjaan seperti itu menjadi tanggung jawab editor/penyunting. Sama seperti penerjemah, penyunting juga pasti sudah paham alur kerjanya sehingga bisa menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

Reply

Silakan Komentar Anda

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.