Himpunan Penerjemah Indonesia
  • Beranda
  • Organisasi
    • Sejarah
    • HPI Pusat
    • Komisariat Daerah
      • HPI Komda Jabar
      • HPI Komda Jatim
      • HPI Komda Bali
      • HPI Komda Nusra
      • HPI Komda DIY
      • HPI Komda Jateng
      • HPI Komda Kepri
      • HPI Komda Kalsel
      • HPI Komda Kaltimtara
      • HPI Komda Sulsel
      • HPI Komda Sumbagut
      • HPI Komda Sumbar
    • Pengurus
    • Mitra
    • Dasar Hukum
    • AD/ART
    • Laporan Tahunan
    • Kongres HPI
  • Berita & Cerita
    • Berita
    • Cerita
    • Nawala
    • Galeri
  • Kegiatan
    • Mendatang
    • Lampau
Himpunan Penerjemah Indonesia
  • Profesi
    • Kode Etik & Kode Perilaku
    • Acuan Tarif
    • Sertifikasi
      • Informasi TSN HPI
      • Direktori Penerima Sertifikat
  • Anggota
    • Informasi
    • Pengajuan
    • Sihapei
  • Kontak
  • Beranda
  • Organisasi
    • Sejarah
    • HPI Pusat
    • Komisariat Daerah
      • HPI Komda Jabar
      • HPI Komda Jatim
      • HPI Komda Bali
      • HPI Komda Nusra
      • HPI Komda DIY
      • HPI Komda Jateng
      • HPI Komda Kepri
      • HPI Komda Kalsel
      • HPI Komda Kaltimtara
      • HPI Komda Sulsel
      • HPI Komda Sumbagut
      • HPI Komda Sumbar
    • Pengurus
    • Mitra
    • Dasar Hukum
    • AD/ART
    • Laporan Tahunan
    • Kongres HPI
  • Berita & Cerita
    • Berita
    • Cerita
    • Nawala
    • Galeri
  • Kegiatan
    • Mendatang
    • Lampau
Himpunan Penerjemah Indonesia
  • Profesi
    • Kode Etik & Kode Perilaku
    • Acuan Tarif
    • Sertifikasi
      • Informasi TSN HPI
      • Direktori Penerima Sertifikat
  • Anggota
    • Informasi
    • Pengajuan
    • Sihapei
  • Kontak
Lapanta

Laporan Pandangan Mata Temu HPI Komp@k Istimewa

by Dina Begum 11 Februari 2013
written by Dina Begum

Memperingati Hari Jadi HPI Ke-39:
“Sukses Membangun dan Beralih Karier Menjadi Penerjemah/Juru Bahasa: Bagaimana Tantangan dan Kiat Mengatasinya.”

 

Acara pertemuan Himpunan Penerjemah Indonesia (HPI) pertama tahun 2013 diadakan pada tanggal 9 Februari 2013 di PDS HB Jassin, Jakarta. Selain sebagai syukuran hari jadi yang ke-39, acara diisi dengan gelar wicara (talk show)  “Sukses Membangun dan Beralih Karier Menjadi Penerjemah/Juru Bahasa: Bagaimana Tantangan dan Kiat Mengatasinya” dengan narasumber Bapak Wiyanto Suroso, Ibu Naindra Pramudita dan Ibu Claryssa Suci Fong, pengukuhan Penerjemah Bersertifikat HPI (HPI Certified Translator) dan peluncuran Direktori Penerjemah/Juru Bahasa Himpunan Penerjemah Indonesia dengan nama “Indonesian Directory of Translators and Interpreters”

Ketua HPI dengan para narasumber dan moderator.
Foto: Arfan Achyar

Ketiga narasumber gelar wicara memaparkan bagaimana pengalaman mereka sampai terjun ke dunia penerjemahan. Pak Wiyanto yang dahulu konsultan mengambil keputusan yang menurutnya berani yaitu menjadi penerjemah lepas purnawaktu. Pasalnya, saat Pak Wiyanto mengikuti Ujian Kemampuan Penerjemah (UKP) beberapa tahun silam, beliau terheran-heran mendapati para peserta ujian kebanyakan penerjemah lepas. Ternyata pekerjaan yang selama ini ditekuni sebagai bagian dari pekerjaannya sebagai konsultan itu bisa dijadikan sandaran hidup. Bukan hanya Pak Wiyanto yang tercengang seperti itu. Ibu Dita, begitu panggilan akrab Ibu Naindra Pramudita, juga mengalaminya. Setelah kiprahnya di BPPN berakhir, berkat temannya yang sudah 10 tahun menggeluti dunia penerjemahan Bu Dita mengenal dan kemudian menyelami profesi yang kian menjanjikan ini.

Pertama-tama yang disiapkan Bu Dita adalah Curriculum Vitae atau Resume. Rupanya, CV penerjemah tidak seperti CV karyawan. Sebagai ‘brosur’ jasa yang kita tawarkan, CV penerjemah harus semenarik mungkin tanpa terlihat terlalu bombastis.

CV boleh dalam bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris, disesuaikan dengan calon klien. Selain itu, lampirkan juga contoh terjemahan yang kita buat. Dari forum tanya-jawab, diketahui bahwa pemberi kerja lebih menyukai melihat informasi yang spesifik, sesuai dengan keahlian yang dicarinya. Oleh karena itu, lumrah bila seseorang memiliki beberapa versi CV yang disesuaikan dengan calon pemberi kerja yang dituju. Bila sudah punya pengalaman, kita bisa juga mengelompokkannya—misalnya selain menerjemahkan novel juga menerjemahkan dokumen, atau penerjemah yang sekaligus penyunting atau juru bahasa, dll.—dan menaruh bidang yang sedang kita lamar di urutan paling atas, atau dipisahkan sama sekali.

Sesi tanya-jawab.
Foto: Arfan Achyar

Bagaimana bila belum punya pengalaman? Tidak usah berkecil hati, penerjemah bisa memasukkan informasi tentang minat terbesarnya pada bidang apa, untuk memperbesar peluang mendapatkan tempat di ceruk pasar yang dibidik.

Bagaimana dengan juru bahasa, samakah? Kata Ibu Claryssa Suci Fong, ketua HPI Komisariat Daerah (Komda) Provinsi DIY-Jateng yang datang jauh-jauh dari Yogyakarta, CV seorang juru bahasa tidak jauh berbeda dengan penerjemah, hanya saja penguasaan perangkat lunak tidak terlalu signifikan. Bahkan, dari pengalamannya, kebanyakan kliennya lebih memilih rekomendasi dari mulut ke telinga ketimbang CV. Ibu Claryssa menambahkan, kartu keanggotaan HPI (anggota penuh) menambah kredibilitas juru bahasa dan penerjemah. Di Bali, keanggotaan HPI diterima sebagai kredibilitas pemegangnya untuk menjadi juru bahasa di pengadilan. Dalam pemaparannya, baik Pak Wiyanto, Bu Dita maupun Bu Claryssa mengaku kesejahteraan mereka meningkat setelah menjadi anggota HPI.

Pada ulang tahunnya yang ke-39 ini, HPI mengukuhkan para anggotanya yang lulus Tes Sertifikasi Nasional (TSN). Dari sekian banyak peserta tes yang lulus, 17 orang hadir untuk menerima sertifikat kelulusan, termasuk Pak Eddie Notowidigdo, Ketua HPI, dan Pak Hendarto Setiadi, Ketua HPI periode 2007-2010.

Para Penerjemah Bersertifikat HPI (HPI-Certified Translators)
Foto: Arfan Achyar.

Setelah makan siang sambil dihibur oleh para penerjemah bersuara emas dengan diiringi organ, tibalah acara yang dinanti-nantikan yaitu peluncuran Direktori Penerjemah/Juru Bahasa Himpunan Penerjemah Indonesia, http://sihapei.hpi.or.id. Direktori online ini menampilkan nama-nama anggota penuh HPI berikut dengan bidang keahlian dan data diri yang memudahkan pihak calon pemberi kerja menghubungi penerjemah. Fitur-fitur dalam direktori ini dibuat sebagian besar berdasarkan pengalaman Bapak Eddie tentang informasi yang biasanya ingin diketahui oleh calon pemberi kerja. Setiap anggota penuh nanti akan mendapatkan surat elektronik pemberitahuan tentang bagaimana cara untuk mengakses direktori dan memperbarui data masing-masing.

Menurut Pak Eddie,

“…dengan adanya direktori ini para pengguna jasa di mana pun dapat dengan mudah mencari dan memilih penerjemah/juru bahasa HPI yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Selain itu, direktori ini merupakan layanan HPI kepada para anggotanya untuk meningkatkan kesejahteraan mereka dengan menyediakan pajanan (exposure) secara nasional dan internasional guna menjangkau pasar luar negeri dan meningkatkan kesempatan untuk memperoleh pekerjaan di dalam negeri.”

Pada kesempatan ini, Bapak Ivan Lanin yang memimpin tim Infotek HPI memperlihatkan tampilan layar laman-laman direktori dan menjelaskan fitur-fitur apa saja yang terdapat di dalamnya. Kontan para hadirin yang masih memenuhi ruangan acara menghujani Pak Eddie dan Pak Ivan dengan pertanyaan dan masukan. Direktori versi pertama ini akan siap dipakai publik pada bulan Maret 2013. Jika keanggotaan HPI saja membuat kesejahteraan para narasumber gelar wicara meningkat, bisa dibayangkan betapa besar dampak direktori ini terhadap penerjemah.

Kesan peserta yang datang untuk pertama kalinya ke acara pertemuan HPI:

“Untuk pemula seperti saya, pertemuan ini membuka dunia baru banget dan terkesan dengan kekompakan para pengurusnya, kekeluargaannya dan senior-seniornya yang enggak pelit bagi ilmu. Yang baru jadi merasa diakui, langsung nyaman. Pak Eddie itu baik banget ya. Saya menambahkan teman ke grup HPI, dan cerita tentang acara kemarin. Dia menjadi  interpreter sejak tahun 1989 di Sidoarjo, bisa bahasa Inggris, Italia, dan Jepang. Dia langsung berencana melengkapi syarat (referensi) untuk menjadi anggota HPI, dan ingin datang kalau ada acara lagi. Saya mau mendaftar jadi anggota muda karena ingin kerja dari rumah, tidak kuat menghadapi macetnya Ibu Kota.”

– Dedeh Handayani, orang yang sedang belajar menjadi penerjemah.

 

Dina Begum
HPI 01-10-0242

11 Februari 2013 3 comments
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Lapanta

Laporan Pandangan Mata: Pelatihan Dasar Trados 2007 di Yogyakarta

by Dina Begum 29 Januari 2013
written by Dina Begum

“PELATIHAN DASAR TRADOS 2007”

HPI KOMDA DIY-JATENG, 26 JANUARI 2013

Syukur Alhamdulillah, program pertama HPI Komda DIY-Jateng untuk tahun 2013, yaitu “Pelatihan Dasar Trados  2007” telah terlaksana pada hari Sabtu, 26 Januari 2013. Acara ini diselenggarakan di restoran Bumbu Desa, Yogyakarta, dengan mengundang Mas Ricky Widhi Purnomo sebagai pelatih. Panitia memilih Trados 2007 karena merupakan salah satu CAT Tool yang paling banyak diminati. Kuota peserta sebanyak 25 orang terisi penuh, walaupun ada tiga orang peserta yang tidak hadir.

Acara dimulai pukul 12.30 dengan pendaftaran ulang dan acara santap siang bersama. Sebelum memulai pelatihan, panitia dan peserta menikmati menu makan siang khas Sunda sambil beramahtamah. Senang rasanya mengetahui bahwa antusiasme atas pelatihan ini begitu tinggi. Beberapa peserta datang dari luar kota, seperti Ibu Rahmani Astuti dan Mbak Cita dari Solo, Mbak Sriati Sumowidagdo dari Purwokerto, bahkan ada pula peserta yang datang jauh-jauhdari Bali, yaitu Bapak Wayan Ana, seorang penerjemah sekaligus juru bahasa di Bali. Peserta pun berasal dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa yang baru belajar menerjemahkan hingga dosen, guru, maupun aktivis LSM yang ikut aktif dalam dunia penerjemahan. Ada pula seorang warga negara asing yang, meski sudah bisa mengoperasikan Trados, ikut datang mendampingi sang istri.

Sekitar pukul 13.00 peserta mulai menginstal Trados 2007 dibantu Mas Ricky dan Mas Helmy Ismail Sani. Terima kasih untuk Mas Wiwit Tabah Santoso yang sudah berbagi tautan untuk mengunduh master Trados 2007. Pelatihan dimulai pukul 13.15.Mas Ricky mulai menjelaskan tentang pemahaman dasar CAT Tool serta manfaatnya. Walaupun ada segelintir peserta yang sudah tahu tentang si ‘meong’ Trados, namun bagi sebagian besar peserta ini benar-benar pertama kalinya mereka mengenal CAT Tool. Setelah sekilas memberikan penjelasan, Mas Ricky melanjutkan dengan praktik menggunakan Trados dengan berkas MS Word dan Tag Editor. Sayangnya ada beberapa peserta yang tidak dapat menginstal Trados di laptop mereka. Hal ini mungkin disebabkan ada pengaturan di laptop mereka yang membuat Trados tidak dapat diinstal. Para peserta tersebut akhirnya berbagi laptop dengan peserta lain yang laptopnya sudah bisa diinstali Trados sambil mencatat instruksi pelatih. Selain berbicara di depan dan memberikan contoh, Mas Ricky dibantu Mas Helmy dengan sabar membimbing peserta dengan mendatangi mereka satu per satu bila ada kesulitan atau pertanyaan. Para peserta kelihatan bersemangat walaupun masih sedikit canggung mengutak-atik Trados.

Pelatihan berlangsung selama tiga jam hingga pukul 16.30. Karena keterbatasan waktu, pelatihan ini hanya baru mencakup pengetahuan dasar Trados. Peserta yang belum puas dan masih ingin tahu meminta agar panitia mengadakan pelatihan tingkat lanjut. Panitia pun langsung menyanggupi. Ternyata masih ada daftar tunggu peserta yang tidak memperoleh kuota dalam pelatihan kali ini. Ins ya Allah akan segera dilaksanakan Pelatihan Dasar Trados 2007 gelombang kedua. Jika ada peserta yang masih ingin bertanya dan praktik latihan menggunakan Trados 2007, jangan sungkan-sungkan untuk bertanya kepada kami, baik melalui forum Facebook HPI Komda DIY-Jateng maupun lewat surel pribadi. Terima kasih atas dukungan semua pihak. Kami mohon doa agar pelatihan berikutnya bisa segera dilaksanakan.

 

Dyah Catur Setianingsih

HPI 01-11-0380

 

29 Januari 2013 1 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Acara

Undangan Temu Komp@k Istimewa

by Dina Begum 17 Januari 2013
written by Dina Begum

UNDANGAN TEMU KOMP@K ISTIMEWA MEMPERINGATI HARI JADI HPI

“SUKSES MEMBANGUN DAN BERALIH KARIER MENJADI PENERJEMAH/JURU BAHASA:
BAGAIMANA TANTANGAN DAN KIAT MENGATASINYA”

Sabtu, 9 Februari 2013

Rekan-rekan yang budiman,

Selamat berjumpa di tahun 2013. HPI mengawali kegiatannya di tahun 2013 dengan menyelenggarakan Temu Komp@k Istimewa dalam rangka Hari Jadi  HPI ke 39 dengan tema “Sukses Membangun dan Beralih Karier Menjadi Penerjemah/Juru Bahasa: Bagaimana Tantangan dan Kiat Mengatasinya”. Pada Temu Komp@k Isitimewa kali ini, HPI merasa inilah saatnya berbagi dengan mengundang narasumber yang berasal dari kalangan HPI untuk berbagi kiat dalam bagaimana memulai kiprah di dunia penerjemahan/kejurubahasaan, membuat CV yang dapat menampilkan kemampuan diri kita, meninggalkan karier untuk beralih menjadi penerjemah pemula dan sukses mengembangkan diri di dunia penerjemahan/kejurubahasaan. HPI mengundang seluruh anggota serta peminat bahasa/dunia peminat dunia penerjemahan dan kejurubahasaan untuk menghadiri acara ini, untuk membangun jejaring, berbagi pengalaman dan berpesta awal tahun.

Temu Komp@k ini akan diselenggarakan pada:

Hari, Tanggal : Sabtu, 9 Februari 2013
Waktu : 09.00 – 14.00
Tempat : Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat

Acara:

Gelar Wicara “Sukses Membangun dan Beralih Karier Menjadi Penerjemah/Juru Bahasa: Bagaimana Tantangan dan Kiat Mengatasinya”

  • Bagaimana membuat CV yang menarik
  • Bagaimana membangun karier di dunia penerjemahan dan kejurubahasaan
  • Bagaimana beralih karier ke dunia penerjemahan dan kejurubahasaan

Peluncuran Direktori Penerjemah/Juru Bahasa Himpunan Penerjemah Indonesia

  • Penjelasan
  • Demo pengisian data anggota

Pengukuhan Penerjemah Bersertifikasi Nasional

  • Upacara pengukuhan
  • Penyerahan sertifikat
  • (catatan: mohon para penerjemah yang akan dikukuhkan mengenakan pakaian resmi (pria – jas/batik lengan panjang, wanita – pakaian nasional)

Perayaan Hari Jadi HPI ke 39

  • Potong tumpeng
  • Santap siang bersama
  • Organ tunggal

Narasumber:

  • Ibu Naindra Pramudita
  • Bapak Wiyanto Suroso
  • Ibu Claryssa Suci Fong

Tentang pendaftaran:

Biaya:

Rp 100.000 – untuk anggota HPI

Rp 125.000 – untuk non-HPI

Pendaftaran dapat dilakukan dengan menghubungi Sekretariat HPI atau mengirimkan surel ke sekretariat@hpi.or.id, sekaligus dengan mengirimkan bukti pembayaran Anda. Untuk memudahkan proses administrasi, seluruh anggota HPI dimohon untuk melakukan pembayaran dengan menyertakan 3 digit terakhir nomor anggota HPI, misalnya Dita Wibisono – Rp. 100.230,- (3 digit terakhir, 230, adalah nomor Anggota HPI Dita Wibisono).

Silakan lakukan pembayaran melalui, dua rekening di bawah ini:

Bank Mandiri
Rekening No. 1030005150533
Atas Nama: Himpunan Penerjemah Indonesia

atau

BCA
Rekening No. 4361630071
Atas Nama Bendahara HPI: Nelce Manoppo

Kami tunggu kehadiran Anda

Salam,

Dita Wibisono

17 Januari 2013 2 comments
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Acara

Pelatihan Dasar TRADOS 2007 di Yogyakarta

by Dina Begum 17 Januari 2013
written by Dina Begum

Salah satu keahlian yang sangat mendukung kinerja para penerjemah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas terjemahan adalah kemampuan mengoperasikan Computer Aided Translation Tools alias CAT Tools atau dikenal juga di kalangan penerjemah sebagai si Meong atau Katul. Dengan semakin meningkatnya jumlah anggota HPI baik sebagai anggota penuh maupun anggota muda, maka HPI Komda DIY-Jateng bermaksud mengadakan pelatihan penggunaan CAT Tool dengan memanfaatkan Trados 2007 yang terutama ditujukan kepada mereka yang belum menguasai CAT Tool ini.

Mengingat wilayah DIY dan Jateng yang begitu luas, maka kami akan mengadakan pelatihan ini pada siang hari untuk mengakomodasi mereka yang tempat tinggalnya jauh dari tempat pelatihan. Berikut ini perincian acaranya:

Hari, Tanggal : Sabtu, 26 Januari 2013
Waktu : 12.30 – 16.30
Tempat : Bumbu Desa, Jalan Kartini no. 8, Sagan, Yogyakarta

Biaya (sudah termasuk makan siangdan sertifikat):

  • Rp70.000,- (anggota HPI)
  • Rp80.000,- (non-HPI)

Acara terbuka untuk anggota dan non-anggota HPI, serta untuk semua anggota Bahtera atau siapa saja yang berminat mengetahui dan mempelajari CAT Tool ini.

Yang perlu dibawa peserta: Laptop/notebook yang berisikan MS-Word 2003/2007 berikut charger dan kabel ekstensi kalau ada.

Jumlah peserta: maksimum 25 peserta

Untuk memudahkan panitia dalam memproses administrasi, seluruh anggota HPI dimohon untuk melakukan pembayaran dengan menyertakan 3 digit terakhir nomor anggota HPI, misalnya Claryssa Suci – Rp.70.204,- (3 digit terakhir, 204, adalah nomor Anggota HPI Claryssa Suci).


Mohon agar rekan-rekan mendaftarkan diri ke sandradewi.w@gmail.com: telepon 0815 690 3348 selambat-lambatnya tanggal 24 Januari 2013. Silakan melakukan pembayaran melalui rekening di bawah ini:

  • Bank BCA a.n. Sandra Dewi Wirawan, no. ac.: 250-170-6193
    atau
  • Bank Mandiri a.n. Suci Puspa Dewi, no. ac.: 137-00-0647343-9

Bagi yang sudah transfer harap melakukan konfirmasi.

Bagi anggota HPI yang akan mengambil kartu anggotanya, bisa diambil pada hari tersebut.

Terima kasih, kami tunggu kehadirannya di Yogyakarta.

 

Salam hangat,

HPI Komda DIY-Jateng

17 Januari 2013 1 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Lapanta

Laporan Pandangan Mata Seminar & Lokakarya Penerjemahan

by Dina Begum 9 Januari 2013
written by Dina Begum

Universitas Galuh, Ciamis, 5 Januari 2013

Tahun 2013, kegiatan HPI Komda Jabar diawali dengan sebuah undangan untuk berseminar di “desa” (sesuai pengakuan Pak Guntoro, tuan rumah kami) Ciamis, Jawa Barat.

Awalnya, saya berjumpa dengan Pak Guntoro di Yogya dalam acara acara pembentukan HPI Komda DIY-Jateng. Pak Guntoro, yang ternyata adalah Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Galuh, Ciamis, sedang menempuh studi S-3 di UNS (Solo). Rupanya beliau salah satu peserta yang hadir berkat undangan sahabat saya, Rahmani Astuti. Pak Guntoro sangat tertarik dengan paparan seminar dalam acara pembentukan komda saat itu. Beliau menyatakan keinginannya untuk menyelenggarakan seminar serupa di kampusnya. Setelah lama menunggu, akhirnya kami sepakat untuk menyelenggarakan acara seminar ini pada hari Sabtu, 5 Januari 2013 kemarin.

Kami berempat (saya, Betty, Meita, dan Theo, keponakan saya yang mengemudikan mobil) berangkat dari Bandung sehari sebelumnya, sekitar pk. 16.30. Alamak, siapa yang menyangka, perjalanan yang seharusnya dapat ditempuh dalam tiga jam saja, kami tempuh dalam tujuh jam! Gara-gara tiga buah tronton kandas, patah as, di daerah Gentong (Tasik). Dan kami mengomeli fungsi jembatan timbang di sana yang tampaknya tidak efektif, bagaimana mungkin tronton yang kelebihan beban diloloskan begitu saja. Tiba di penginapan menjelang tengah malam, kami semua langsung “hilang”. Oh ya, Adhi menyusul berangkat dari Sumedang pada keesokan harinya.

Sekitar pukul 07.00 keesokan harinya, the “big” day, Pak Guntoro berkunjung menyapa kami di hotel, dan kami kemudian menyusul beliau ke kampus Unigal.

Kampus Universitas Galuh (Unigal) terletak sedikit di luar kota Ciamis. Tempatnya nyaman, di perbukitan. Seminar diselenggarakan di Auditorium kampus. Waktu kami tiba, sudah banyak mahasiswa yang hadir di sana, bersiap untuk mengikuti acara seminar.

Acara diawali dengan kata sambutan dan doa, kemudian secara resmi dibuka dengan pukulan gong oleh Dekan FKIP Unigal.

Presentasi pertama disampaikan oleh Pak Guntoro, yang menyajikan mengenai “Ideologi Penerjemahan”. Paparan beliau cukup menarik, padat dan ringkas.

“HPI : Apa dan Siapa” –yang merupakan perkenalan mengenai HPI- disajikan oleh Betty Sihombing, bu Bendahara kami. Saya bangga menyaksikan presentasi Betty, begitu mantap dan meyakinkan. Tak lupa juga kami singgung tentang dimuatnya berita akan diselenggarakannya seminar ini di PR berkat Mas Imam JP yang adalah Humas kami. Belakangan, dengan tabletnya, Meita menunjukkan publikasi tersebut ke Pak Guntoro.

Presentasi ketiga, saya sendiri yang menyampaikan, mewakili Pak Eddie yang batal hadir karena kedatangan singa mati raksasa…J Materi dari Pak Eddie adalah “Memasarkan Jasa Penerjemahan Lewat Internet.” Ketika CV saya dibacakan, di bagian belakang, para mahasiswa bersorak heboh mendengar bahwa saya lulusan sekolah cap gajah (ITB), dan bahwa saya memiliki sertifikat kompetensi bahasa Inggris dari Cambridge (padahal itu teh ujian lokal di Bandung saja, bukan di “sono”!). Serasa jadi selebriti deh…

Presentasi berikutnya disampaikan oleh Meita Lukitawati, sang wakil ketua. Namun sebelumnya, Meita membuat acara selingan, untuk mengurangi kebosanan atau kejenuhan peserta. Tetapi menurut pengakuan mereka, mereka sama sekali tidak bosan.

Meita menyampaikan materi “Penerjemah yang baik – harus ngapain?”. Paparan dibuka dengan candaan dari Mox Blog dan beberapa kutipan kata-kata bijak mengenai penerjemahan. Berikutnya disampaikan mengenai apa saja yang perlu dipahami untuk menjadi penerjemah yang baik, perangkat apa saja yang perlu dimiliki, serta kualitas apa saja yang perlu dipertahankan untuk “survive” sebagai penerjemah yang baik.

Keempat presentasi tadi diikuti dengan sesi tanya jawab singkat. Ada beberapa pertanyaan menarik di sana. Salah satunya ialah, bagaimana caranya untuk mengasah keterampilan penerjemahan bidang sastra? Hm, sesuatu yang tidak mudah, memang. Kami menekankan perlunya banyak membaca, membaca dan membaca. Saya kemukakan juga mengenai baru diselenggarakannya sebuah lokakarya penerjemahan sastra di Jakarta beberapa waktu silam, dan mungkin akan ada tindak lanjut berupa pembentukan pusat penerjemahan sastra. Pertanyaan lain yang menarik adalah, “Apakah HPI menyediakan tim penilai kualitas penerjemahan, bila misalnya sebuah agensi A memberi order terjemahan, katakan saja, manual alat kedokteran, kepada seorang penerjemah.” Saya kemukakan bahwa HPI tidak menyediakan tim penilai semacam itu. Penilaian kualitas pekerjaan seorang penerjemah sepenuhnya dinilai oleh pengguna akhir/klien atau agensi. HPI bukan agensi. Yang disediakan HPI adalah tim penilai kompetensi seorang penerjemah, dalam bentuk penyelenggaraan TSN.

Setelah rehat makan siang dan sholat, kami memasuki sesi pelatihan singkat mengenai cara menggunakan Wordfast Classic. Adhi Ramdhan menjadi pemandu pelatihan ini, dan secara singkat juga diajarkan mengenai menanam peranti lunak ini di laptop/netbook para mahasiswa serta bagaimana menggunakannya. Kami berjanji bahwa pada kesempatan berikutnya akan diberikan pelatihan yang lebih menyeluruh mengenai penggunaan Wordfast Classic.

Pak Guntoro menyatakan keinginannya juga untuk diadakan pelatihan untuk penerjemah pemula. Saya sampaikan bahwa kami akan mengusahakan, tentunya tidak dengan hadirin sedahsyat ini. Oh ya, saya lupa menyampaikan. Di awal seminar, ketua panitia Seminar, Indra, menyampaikan bahwa peserta yang terdaftar sebanyak 450 orang! Pada penutupan, disampaikan bahwa jumlah yang hadir saat itu 487 orang! Wow! Dan saya dengar dari salah seorang panitia, ini seminar terbesar yang pernah diselenggarakan oleh Unigal. Sebelum seminar dimulai, kami sempat berbincang dengan Pak Guntoro mengenai jumlah peserta didik untuk jurusan bahasa Inggris : 1000 orang!

Di akhir acara seminar, saya sempat bertanya kepada Pak Guntoro, “Bagaimana Pak, apakah cukup puas dengan seminar hari ini? Sekaligus saya minta maaf atas kekurangan-kekurangan kami.” Jawaban Pak Guntoro menjadi reward yang sangat berarti untuk saya, “Puas sekali!”

Di sanalah terasa perbedaannya antara “kota” dan “daerah”. Di daerah, orang begitu haus untuk mengikuti pendidikan tinggi, dan salah satu pilihan yang paling banyak diminati ternyata adalah bahasa Inggris (dalam hal ini, pendidikan Bahasa Inggris). Semoga penerjemahan juga bisa menjadi sumber pendapatan bagi mereka kelak.

Jadi, tetap semangat ya, teman2 di komda-komda lainnya! Masih banyak kerja kita, dan masih banyak yang menunggu informasi mengenai dunia yang membuat banyak di antara kita jadi “tersesat” namun nikmat ini…translation….our passion….

 

Padalarang, 7 Januari 2013

Lanny Irenewati Utoyo

 

 

*Singa mati (dead lion): pelesetan dari deadline atau tenggat.

 

9 Januari 2013 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Acara

Undangan Temu HPI Komp@k Tutup Tahun

by Dina Begum 27 November 2012
written by Dina Begum

UNDANGAN TEMU HPI KOMP@K TUTUP TAHUN

2 Desember 2012

“Pelaporan Pajak untuk Penerjemah dan Laporan Kegiatan HPI Tahun 2012”

 

Rekan-rekan yang budiman,

Sebagai seorang penerjemah profesional, tentunya kita tidak terlepas dari kewajiban untuk melaporkan penghasilan kita kepada negara dengan melakukan pembayaran pajak setiap tahunnya. Akan tetapi, selama ini belum banyak penerjemah yang mengerti betul bagaimana cara melakukan pelaporan pajak ini. Untuk itu, jangan lewatkan kesempatan untuk berbicang-bincang langsung dengan narasumber mengenai seluk beluk pelaporan pajak penghasilan kita sebagai penerjemah sehingga kita dapat sepenuhnya memahami bahkan membuat sendiri pelaporan pajak dengan baik dan benar. Selain itu, sebagai penutup kegiatan HPI Tahun 2012, pada Komp@k Tutup Tahun ini, Pengurus HPI akan melaporkan secara singkat kegiatan selama tahun 2012 dan garis besar rencana kegiatan 2013.

Mari, luangkan waktu rekan-rekan semua untuk menghadiri Komp@k Tutup Tahun, Temu Komp@k yang terakhir kalinya pada tahun 2012 ini, yang akan diadakan pada:

Hari, Tanggal: Minggu, 2 Desember 2012
Waktu: pukul 09.00 – 14.00
Tempat: Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat

Narasumber:            Konsultan Pajak dari MM Consulting

Acara:

  1. Pelaporan Pajak Penghasilan bagi Penerjemah
  2. Laporan Kegiatan 2012 dari Pengurus HPI
  3. Makan Siang dan Ramah Tamah

Untuk pendaftaran:

  • Hubungi Sekretariat HPI: telepon 021-71617397 atau surel: sekretariat@hpi.or.id
  • Melakukan pembayaran:
    o Anggota HPI Rp100.000,-
    o Non-HPI Rp125.000,-
  • Untuk memudahkan proses administrasi, mohon agar mencantumkan Nama dan Nomor Anggota HPI ketika melakukan pembayaran melalui Internet Banking atau melalui Mesin ATM Non-Tunai. Apabila pembayaran dilakukan melalui Mesin ATM Tunai, mohon agar 3 digit terakhir nomor anggota HPI disertakan dalam pembayaran, misalnya Naindra Pramudita – Rp. 100.230,- (3 digit terakhir, 230, adalah nomor Anggota HPI Naindra Pramudita).
  • Pembayaran dilakukan melalui:
    Bank Mandiri
    Rekening No. 1030005150533
    Atas Nama: Himpunan Penerjemah IndonesiaBCA
    Rekening No. 4361630071
    Atas Nama Bendahara HPI: Nelce Manoppo

Kami menunggu kehadiran rekan-rekan pada acara tersebut di atas.

Salam,

Dita Wibisono

Koordinator Kegiatan HPI
—
Sekretariat Himpunan Penerjemah Indonesia
T. +62-21-71617397 | F.+62-21-7654603

27 November 2012 1 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Acara

Pelatihan Pengoperasian Trados 2011

by Dina Begum 29 Oktober 2012
written by Dina Begum

 

Rekan-rekan yang baik,

Salah satu keahlian yang dapat mendukung kinerja para penerjemah dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas terjemahan, baik dari sisi proses maupun hasil terjemahannya, adalah kemampuan dalammengoperasikan Computer Aided Translation Tools alias CAT Tools. Selama ini, CAT Tools atau yang sering disebut dengan istilah si Meong oleh kalangan penerjemah telah terbukti membantu para penerjemah dalam proses melakukan penerjemahan yang jauh lebih efisien.

Kali ini HPI mengadakan pelatihan yang sudah dinanti-nantikan oleh banyak anggota HPI dan non-HPI yaitu “Pelatihan Pengoperasian Trados 2011”. Trados dikenal sebagai Cat Tools premium yang sering menjadi salah satu persyaratan bagi penerjemah untuk dapat merambah pasar penerjemahan mancanegara.

Pelatihan ini akan diselenggarakan pada 

Hari, Tanggal: Sabtu, 17 November 2012
Waktu: pukul 08.0 – 16.00
Tempat: Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat

Fasilotator:

Bapak Arfan Achyar, Ibu Sofia Sari, Ibu Evina dan Bapak Budi Suryadi.

Sebagai CAT Tools premium dan juga mengingat sistem pengoperasian Trados yang cukup kompleks, maka demi kelancaran proses pelatihan dan untuk memastikan bahwa para peserta dapat merasakan manfaat program Trados 2011 ini semaksimal mungkin, maka mohon diperhatikan persyaratan berikut ini yang harus dipenuhi:

  1. Peserta harus sudah pernah mengikuti pelatihan atau pernah mengoperasikan program WordFast atau Trados 2007.
  2. Peserta harus membawa laptop (program tidak dapat dijalankan pada net book), modem, kabel ekstensi listrik, dan flashdisk. Mohon dicek apakah laptop Peserta memiliki spesifikasi berikut:Prosesor 1GHz minimum, RAM minimum 1GB (untuk WinXP atau Vista atau Win7 32bit) dan minimum 2GB untuk Win7 64Bit, serta tersedia ruang di harddisk minimal 3GB.
  3. Apabila peserta kesulitan mengetahui apakah laptop peserta memenuhi spesifikasi tersebut, mohon data spesifikasi laptop yang digunakan dalam bentuk potret layar (screenshot)  system property  dikirim melalui surel ke arfan.achyar[at]gmail.com. Rekan Arfan akan memastikan kompatibilitaslaptop dengan file Trados yang  akan diinstal.
  4. Setelah spesifikasi memadai untuk digunakan menjalankan aplikasi ini, maka peserta harus melaksanakan  instalasi modul sebelum acara Pelatihan. Untuk proses instalasi mohon masing-masing peserta berkoordinasi dengan Rekan Arfan Achyar.

Tempat sangat terbatas yakni untuk 40 orang pendaftar saja.


Setelah mendaftar, silakan menghubungi Rekan Arfan dengan alamat surel di atas untuk memastikan kompatibilitas dan mendapatkan informasi tentang cara menginstal program.


Tentang pendaftaran:  

Biaya:     Rp 350.000 – untuk anggota HPI

             Rp 400.000 – untuk non-HPI

Pendaftaran dapat dilakukan dengan menghubungi Sekretariat HPI atau mengirimkan surel kesekretariat@hpi.or.id, sekaligus dengan mengirimkan bukti pembayaran Anda. Untuk memudahkan proses administrasi, seluruh anggota HPI dimohon untuk melakukan pembayaran dengan menyertakan 3 digit terakhir nomor anggota HPI, misalnya Dita Wibisono – Rp. 350.230,- (3 digit terakhir, 230, adalah nomor Anggota HPI Dita Wibisono).

Silakan lakukan pembayaran melalui, dua rekening di bawah ini:

Bank Mandiri

Rekening No. 1030005150533

Atas Nama: Himpunan Penerjemah Indonesia

ATAU

BCA

Rekening No. 4361630071

Atas Nama Bendahara HPI: Nelce Manoppo

 

Jangan lewatkan kesempatan yang sangat berharga ini, daftarkan diri Anda segera. 

Salam,

 

Dita Wibisono
Koordinator Kegiatan

29 Oktober 2012 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Lapanta

Lapanta “Mengupas Tuntas Tes Sertifikasi Nasional (TSN)”

by Dina Begum 21 Oktober 2012
written by Dina Begum

Lapanta Komp@k HPI Tentang Tes Sertifikasi Nasional (TSN)

PDS HB Jassin TIM, 20 Oktober 2012

 

Acara Komp@k HPI kali ini kembali menyedot banyak perhatian dari anggota dan non-anggota HPI. Jumlah pendaftar mendekati angka 100 sampai menjelang dimulainya acara. Tak pelak lagi, ini tentu karena tema yang disajikan Komp@k kali ini merupakan tema yang sangat ditunggu-tunggu, sangat bikin penasaran, dan sangat ingin diketahui oleh kebanyakan peserta.

Hadir sebagai pembicara adalah Ketua Komite Kompetensi dan Sertifikasi (KKS) Pak Hendarto Setiadi, Ketua Panitia Penyelenggara TSN Penerjemah Ibu Emma Nababan, dan Ketua Umum HPI Pak Eddie Notowidigdo.  Dimoderatori oleh Ibu Dita Wibisono, diskusi berlangsung hangat dan menarik.

Pak Hendarto menjelaskan bahwa TSN sebagai ujian kompetensi untuk penerjemah sudah diselenggarakan sejak 2 tahun yang lalu. Itu berarti, TSN yang akan diselenggarakan bulan November yang akan datang merupakan TSN yang ketiga kalinya. TSN sengaja diadakan untuk memenuhi kebutuhan akan program sertifikasi untuk penerjemah.

Boleh dibilang, penyelenggaraan TSN merupakan pengisi kekosongan setelah Ujian Kompetensi Penerjemah atau UKP tidak lagi diselenggarakan. UKP selama ini dinilai kurang maksimal dalam memberikan sertifikasi bagi penerjemah. Mengapa? Pertama, karena selama ini UKP hanya bisa diikuti oleh penerjemah yang mempunyai KTP DKI Jakarta.

Kedua, karena UKP diselenggarakan hanya untuk mereka yang ingin mendapat sertifikat sebagai penerjemah bersumpah, artinya hanya mereka yang menggeluti terjemahan bidang hukum saja dan yang ingin menjadi penerjemah bersumpah saja yang bisa mengikuti UKP dan memperoleh pengakuan sebagai penerjemah berkompetensi.

Dan ketiga, karena adanya kesalahpahaman di kalangan masyarakat umum bahwa penerjemah yang paling ahli, paling berkompetensi hanyalah penerjemah bersumpah. Padahal penerjemah bersumpah adalah mereka yang lulus sertifikasi terjemahan bidang hukum saja. Di sisi lain, sangat banyak materi terjemahan yang bukan bidang hukum dan karenanya tidak membutuhkan penerjemah bersumpah untuk mengerjakannya.  Nah, di sinilah terjadi konflik pemahaman: penerjemah bidang non-hukum yang berkompetensi jadi dianggap tidak kompeten bila tidak/belum mengikuti UKP dan tidak/belum memiliki sertifikat penerjemah bersumpah.

TSN didesain untuk menutup kekurangan tersebut. TSN tidak hanya diselenggarakan untuk penerjemah DKI. TSN juga tidak hanya untuk mengakomodir kebutuhan sertifikasi penerjemah bersumpah bidang hukum, tapi juga penerjemah bidang-bidang lainnya yang tidak memerlukan status bersumpah.

Selanjutnya Pak Hendarto menjelaskan proses persiapan yang dilakukan oleh pihaknya dalam mempersiapkan TSN pada awalnya. Mengumpulkan informasi mengenai program sertifikasi penerjemah yang diterapkan di negara lain adalah langkah mutlak. Dalam hal ini, Pak Hendarto yang pada saat itu menjabat selaku Ketua HPI,  memperoleh informasi dari berbagai asosiasi penerjemah di luar negeri, salah satunya adalah dari FIT/IFT (Fédération Internationale des Traducteurs  atau International Federation of Translators). Dari informasi yang dikumpulkan tersebut disimpulkan bahwa penyelenggara ujian sertifikasi biasanya dikakukan (1) universitas (biasanya bagi orang-orang), atau (2) negara/pemerintah (untuk keperluan memperoleh aspek legalitas), atau (3) organisasi profesi (untuk penerjemah berpengalaman yang membutuhkan pengakuan lebih lanjut akan kompetensinya).

Setelah informasi didapat dan disimpulkan, pengurus HPI  berkonsultasi ke Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dan memperoleh informasi bahwa program sertifikasi tidak boleh diselenggarakan oleh asosiasi profesi langsung, melainkan harus oleh badan independen. Oleh karena itulah, Ketua HPI melalui Surat Keputusan Istimewa/01/01/Feb/2010 tertanggal 1 Februari 2010 memutuskan untuk mendirikian Komite Kempetensi dan Sertifikasi HPI (KKS) yang diketuai oleh Bapak Hendarto Setiadi sendiri.  Ketua KKS kemudian melalui Surat Keputusan KKS/01/01/Feb/2010 tanggal 1 Feb/2010 memutuskan mendirikan (a) Panitia TSN Penerjemah dan melalui Surat Keputusan KKS/02/01/Feb/2010 dengan tanggal yang sama mendirikain (b) Panitia TSN Juru Bahasa.

Secara tenis KKS ini mendapat mandat dan kewenangan dari HPI untuk menyelenggarakan Tes Sertikasi Nasional bagi anggota HPI.  Surat Keputusan Istimewa/01/01/Feb/2010 tersebut, menetapkan antara lain bahwa masa tugas KKS adalah 5 (lima) tahun sejak dibentuknya dan bahwa KKS  bertanggung jawab dan melapor kepada Ketua Himpinan Penerjemah Indonesia.

Selanjutnya Pak Hendarto menjelaskan bahwa TSN merupakan uji kompetensi bagi para penerjemah yang telah menjadi anggota penuh HPI, baik yang berdomisili di Jakarta maupun luar Jakarta, dan diadakan 2 kali dalam setahun. Pelaksanaan TSN di luar Jakarta dimungkinkan selama di daerah bersangkutan sudah ada Komisariat Daerah (Komda) HPI dan pihak Komda bersedia bekerja sama dalam penyelengaraan ujian tersebut.

Mengenai pasangan bahasa yang diuji, Pak Hendarto menjelaskan bahwa sampai saat ini, mereka masih memprioritaskan penyelenggaraan ujian untuk pasangan bahasa Inggris-Indonesia dan sebaliknya. Ujian untuk bahasa selain Inggris akan dilakukan apabila ada banyak peminat dari para anggota HPI. Penyelenggaraan ujian bisa ditunda jika jumlah minimum peserta (20 orang) tidak tercapai. Dan bila dana yang masuk tidak mencukupi untuk penyelenggaraan ujian, maka ujian tetap akan diselenggarakan dengan mengambil dana dari kas HPI.

Berikut adalah keterangan mengenai TSN yang saya salin dari lembar presentasi pembicara:

Materi yang diujikan:

1. Teks wajib (umum) yang terdiri atas 300 kata dengan waktu mengerjakan selama 1 jam

2. Teks pilihan (bidang teknologi, bisnis, sastra, sains, ilmu sosial, dan hukum) yang terdiri dari 600 kata dengan waktu mengerjakan 2,5 jam

3. Kode Etik yang merupakan soal esai dengan waktu mengerjakan 30 menit.

Persyaratan yang harus dipenuhi peserta selama ujian:

1. Tidak menggunakan laptop dan alat elektronik lain (termasuk kamus digital dan telepon genggam)

2. Mengerjakan ujian dengan  tulisan tangan

3. Boleh membawa kamus serta materi pendukung dalam bentuk cetak.

Sementara itu, kriteria penilaian ujian adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman terhadap teks, akurasi, dan ragam bahasa yang digunakan
2. Tata bahasa dan susunan kalimat yang digunakan
3. Ejaan, tanda baca, nama, angka, tanggal, dan sebagainya
4. Kelengkapan teks yang diterjemahkan. Bila ada bagian-bagian dari teks sumber yang tidak diterjemahkan dan jumlah 5 (lima) persen atau lebih dari teks sumber, maka peserta dianggap gagal.

Mengenai tim penilai ujian:
1. Terdiri dari 3 orang tenaga ahli untuk masing-masing pasangan bahasa
2. Berprofesi sebagai akademisi dan/atau praktisi
3. Berkompeten dan berpengalaman
4. Bukan anggota KKS
5. Nama penilai atau penguji tidak diumumkan

Status kelulusan:

1. Yang diumumkan hanya status “lulus” dan “tidak lulus”, nilai ujian tidak diumumkan
2. Status kelulusan diumumkan melalui surel secara pribadi kepada peserta ujian paling lambat 6 minggu setelah penyelenggaraan ujian
3. Mereka yang lulus mendapat sertifikat dan kartu TSN yang berlaku selama 5 (lima)

4. Setelah 5 tahun, Kartu TSN dapat diperbaharui apabila peserta masih bekerja sebagai penerjemah dan masih menjadi anggota HPI aktif.

Selain itu dijelaskan pula bahwa lembar jawaban menjadi milik KKS dan tidak diadakan pembahasan mengenai hasil TSN. Peserta yang belum berhasil lulus, dipersilakan mengikuti ujian TSN berikutnya dengan mengikuti semua persyaratan (termasuk biaya administrasi) secara penuh.

Dan informasi terakhir yang paling penting adalah bahwa TSN Penerjemah berikutnya akan diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 24 November pukul 08.00 – 13.00 WIB di PDS H.B. Jassin Taman Ismail Marzuki. Biaya ujian adalah 1 juta rupiah per peserta untuk satu pasangan bahasa. Pendaftaran dibuka sejak diadakannya Komp@k HPI tanggal 20 Oktober ini.

Akhirnya, diskusi ditutup dengan banyak pertanyaan dari peserta. Semua pertanyaan bernada antusias dan kritis dan dijawab secara bergantian oleh Pak Hendarto, Bu Emma dan Pak Eddie.

Seperti biasa, di setiap acara HPI, selalu ada kejutan. Begitu pula kali ini, ada kejutan untuk 3 orang anggota HPI yang berulang tahun di bulan Oktober, yaitu Ibu Sofia Mansoor, Ibu Dita Wibisono, dan Pak Adrian Prasetya. Cheesecake dan rainbow cake dikeluarkan yang disediakan oleh panitia Komp@k. Acara tiup lilin dan potong kue bersama yang meriah pun menutup acara HPI kali ini.

Sampai jumpa lagi di Komp@k HPI berikutnya!

 

Mila K. Kamil

 

21 Oktober 2012 9 comments
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Acara

Temu HPI Komp@k 20 Oktober 2012 “Mengupas Tuntas Tes Sertifikasi Nasional (TSN)”

by Dina Begum 4 Oktober 2012
written by Dina Begum

Tes Sertifikasi Nasional untuk para penerjemah akan kembali diselenggarakan tahun ini. TSN yang baru diselenggarakan sebanyak dua kali ini merupakan upaya HPI untuk memberikan sertifikasi kepada seluruh anggota HPI yang mempunyai kemampuan di bidang penerjemahan dan lulus Tes Sertifikasi Nasional yang diselenggarakan oleh Komite Kompetensi dan Sertifikasi Himpunan Penerjemah Indonesia (KKS-HPI). Tes ini merupakan kesempatan bagi para penerjemah anggota HPI untuk mengukuhkan keahliannya di bidang penerjemahan, dan membantu membangun karier yang lebih gemilang. Tentu masih banyak pertanyaan mengenai apa itu TSN, bagaimana penyelenggaraannya, apa yang harus disiapkan, bagaimana metode penilaiannya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya. Untuk itu, jangan lewatkan kesempatan untuk mengupas tuntas TSN bersama Komite Kompetensi dan Sertifikasi Himpunan Penerjemah Indonesia (KKS-HPI).

Hari, Tanggal: Sabtu, 20 Oktober 2012
Waktu: pukul 09.00 – 14.00
Tempat: Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat
Untuk pendaftaran:

  • Hubungi Sekretariat HPI: telepon 021-71617397 atau surel: sekretariat@hpi.or.id
  • Melakukan pembayaran:
    o Anggota HPI Rp100.000,-
    o Non-HPI Rp125.000,-
  • Untuk memudahkan proses administrasi, mohon agar mencantumkan Nama dan Nomor Anggota HPI ketika melakukan pembayaran melalui Internet Banking atau melalui Mesin ATM Non-Tunai. Apabila pembayaran dilakukan melalui Mesin ATM Tunai, mohon agar 3 digit terakhir nomor anggota HPI disertakan dalam pembayaran, misalnya Naindra Pramudita – Rp. 100.230,- (3 digit terakhir, 230, adalah nomor Anggota HPI Naindra Pramudita).
  • Pembayaran dilakukan melalui:
    Bank Mandiri
    Rekening No. 1030005150533
    Atas Nama: Himpunan Penerjemah IndonesiaBCA
    Rekening No. 4361630071
    Atas Nama Bendahara HPI: Nelce Manoppo
4 Oktober 2012 0 comment
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Lapanta

Lapanta Temu HPI Komp@k Komda Jabar: Interpreting

by Dina Begum 9 September 2012
written by Dina Begum

Interpreting: The Job, The Challenges, The Opportunities

Lapanta Temu Komp@k HPI Komda Jabar

 

Acara Temu Kompak HPI Komda Jabar kali ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8 September 2012 dengan mengangkat tema mengenai interpreting atau penjurubahasaan. Adapun hal–hal yang menjadi pembahasan adalah pekerjaan sebagai juru bahasa, tantangan yang dihadapi serta kesempatan yang tersedia bagi seorang juru bahasa. Acara ini dihadiri oleh pengurus HPI Pusat, yaitu Bpk. Eddie R. Notowidigdo (Ketua Umum) dan Ibu Anna Wiksmadhara (Sekretaris). Peserta berjumlah 51 orang, sebagian datang dari luar kota, misalnya Sriati Sumowidagdo, anggota HPI yang khusus datang dari Purwokerto (Jateng) , Laksmi Naomi (Yogyakarta),Griselda Raisa (Bogor), sedangkan peserta lainnya kebanyakan berasal dari Bandung dan sekitarnya.

Acara dibuka oleh MC, yaitu Betty Sihombing, dengan ucapan selamat Idul Fitri serta selamat datang kepada para hadirin. Setelah sambutan singkat dari ketua HPI Komda Jabar, Lanny Utoyo  dan Bpk. Eddie R. Notowidigdo, Ketua Umum HPI, acara langsung masuk ke intinya, yaitu gelar wicara seputar penjurubahasaan, dipandu oleh moderator yang juga seorang interpreter, Fajar Perdana.  Narasumber pertama yang mendapat kesempatan pertama untuk berbicara adalah Susi Septaviana, pengajar Interpreting di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sebagai pembicara pertama, Susi Septaviana  menyampaikan sekilas beberapa konsep dasar dalaminterpreting, baik dari sudut pandang teori maupun praktik. Dalam paparannya, Susi juga menyampaikan bahwa minat mahasiswa terhadap bidang ini baru sebatas keinginan semata untuk menjadi seorang juru bahasa atau karena mengikuti keinginan dari orang tua, sedangkan penguasaan bahasa asing masih dalam tahap belajar. Padahal, kemampuan berbahasa, baik bahasa sumber maupun bahasatarget, merupakan hal penting yang harus sudah dimiliki ketika ingin belajar interpreting. Ini sesuatu yang mutlak dan seharusnya sudah tidak perlu dibelajarkan lagi di kelas interpreting. Hal yang jadi tantangan dalam pembelajaran interpreting kepada mahasiswa adalah menggabungkan teori dan praktik. Aktivitas interpreting berlangsung secara real time (sekali kita sudah mengucapkannya, kata-kata kita tidak dapat ditarik kembali), maka seorang interpreter sebaiknya belajar how to let go (bagaimana caranya melupakan apa yang sudah dikatakan). Walaupun dalam kondisi sepersekian detik, seorang juru bahasa dituntut untuk sigap dan tanggap. Untuk mengakalinya, ketika juru bahasa mendengarkan satu rangkaian kalimat, lalu ada jeda sekian detik sebelum menerjemahkan kalimat selanjutnya, saat jeda itu digunakan untuk pencatatan (note taking).

Secara umum ada tiga moda kerja interpreting yang bisa dipilih yaitu simultaneous interpreting,  consecutive interpreting dansight translation.  Keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaan interpreting adalah language/translation, note taking, delivery (public speaking). Khusus untuk simultaneous interpreting, juga dibutuhkan team work, khususnya dengan rekan sesama interpreter.

Dalam consecutive interpreting, kita melakukan note taking yang berfungsi untuk membantu seorang juru bahasa dalam mengingat topik dan isi pembicaraan serta membantu dalam menyusun rangkaian kalimat untuk disampaikan kembali (delivery). Posisi seorang juru bahasa yaitu “being invisible of the speaker”. Juru bahasa harus mengerti posisi dan tanggung jawab pekerjaannya. Bila seorang juru bahasa masih memiliki perasaan harus tampil dan ingin menonjol, ini berarti melanggar kode etik. Informasi apa pun yang didengar, diterjemahkan lalu disampaikan kembali oleh juru bahasa tidak boleh disampaikan lagi kepada pihak luar karena itu bukan merupakan kewenangan dari seorang juru bahasa. Untuk menghasilkan kualitas pekerjaan interpreting yang bagus, seorang juru bahasa perlu memperhatikan aspek fidelity (completeness and accuracy), vocabulary, structure/naturalness, background knowledge.

Perbedaan dasar antara seorang penerjemah dan juru bahasa terletak pada daya ingat (memori). Untuk moda simultaneous interpreting bergantung pada memori jangka pendek, sedangkan untuk consecutive interpreting bergantung pada memori jangka pendek dan jangka panjang.

Salah satu tantangan yang bisa terjadi pada saat consecutive interpreting adalah ketika narasumber berbicara terlalu cepat sehingga juru bahasa hanya bisa menangkap satu atau dua kata saja sambil mengira-ngira arti dari kalimat yang dibacakan. Selain itu, kita tidak dapat memilih bidang atau materi yang akan diterjemahkan karena pada dasarnya seorang juru bahasa harus selalu siap untuk menerima materi apa pun yang diberikan. Dalam melaksanakan pekerjaannya, seorang juru bahasa tidak boleh bertugas lebih dari 2,5 jam dan harus digantikan oleh rekan lainnya. Bila beban pekerjaan seorang juru bahasa terlalu lama dan berat maka akan mempengaruhi tingkat keakuratannya dalam menyampaikan pesan pembicara. Sebaiknya penjurubahasaan dilakukan oleh dua orang juru bahasa, sehingga bisa saling mendukung dan bergantian. Seorang juru bahasa dapat mengembangkan masa depannya melalui networking, menjaga kualitas hasil pekerjaan dengan cara terus mengasah kemampuan dan belajar serta menjalin hubungan baik dengan klien sehingga menimbulkan kepercayaan.

Sebagai pembicara kedua adalah Indra Blanquita, salah satu juru bahasa senior dari Jakarta. Beliau mengatakan bahwa dalamsimultaneous interpreting, bila seorang juru bahasa tanpa sengaja melakukan kekeliruan dalam menerjemahkan suatu kata dalam sebuah rangkaian kalimat, tidak perlu menjadi gugup dan ragu tapi tetap melanjutkan proses penjurubahasaan sampai selesai karena situasi dan kondisi yang dihadapi saat itu sangat tidak memungkinkan bagi seorang juru bahasa untuk melakukan koreksi. Menurut Mbak Indra, “the audience doesn’t notice”, jadi hal tersebut tidak perlu terlalu dipikirkan karena memang sudah telanjur terjadi. Saat melakukan simultaneous interpreting di dalam booth, satu orang juru bahasa sebaiknya bekerja tidak lebih dari 30 menit lalu selanjutnya digantikan oleh rekan yang lain.

Kendala yang biasanya terjadi pada seorang juru bahasa yaitu kondisi “macet” (stuck/hang/blank) ketika mendengar sebuah kata atau istilah baru. Untuk mengatasinya, beberapa hari sebelum mulai bekerja bisa meminta materi yang akan menjadi topik pembicaraan atau bila tidak diberikan setidaknya kita bisa mengusahakan untuk mengetahui topik yang nanti akan dibahas lalu mencari melalui internet atau akan lebih baik lagi bila dapat bertemu dengan narasumber yang nanti akan menjadi pembicara. Tetapi bila sampai pada waktu pelaksanaan ternyata materi atau topik pembicaraan masih belum bisa diperoleh, kita harus tetap bisa mempersiapkan diri untuk menerima dan menghadapi kondisi apa pun yang nanti akan terjadi. Istilah yang diberikan Mbak Indra, “it is us against the world”,memang sangat tepat dalam menggambarkan situasi dan kondisi tersebut di atas. Tantangan yang dihadapi oleh seorang juru bahasa dalam praktiknya memang jauh lebih sulit karena dituntut untuk bisa menangani dan mengatasi permasalahan yang terkadang timbul pada saat melaksanakan tugas penjurubahasaan, sehingga dibutuhkan mental yang kuat dan tangguh. Satu hal yang penting dan harus diperhatikan dalam melakukan penjurubahasaan adalah alur penerjemahan yang mengalir (flowing) dan diusahakan jangan sampai ada jeda yang terlalu panjang antara akhir kalimat pertama sampai masuk pada awal kalimat selanjutnya, karena bila hal ini sampai terjadi dan terulang beberapa kali maka akan menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan dari hadirin sehingga juru bahasa tersebut bisadianggap kurang kompeten.

Selanjutnya sebagai pembicara ketiga adalah Samuel Siahaan, juru bahasa senior dari Jakarta yang mengkhususkan diri dalam penjurubahasaan untuk bahasa Jerman ke bahasa Indonesia. Menurut pendapat beliau, penjurubahasaan merupakan sebuah anugerah yang dibawa sejak dilahirkan (gift), tetapi bukan berarti bidang penjurubahasaan tidak dapat dipelajari, hanya saja kemampuan untuk mencapai kemahiran dan kebiasaan tergantung dari kemauan dan kerja keras. Tantangan dalam penjurubahasaan, seperti consecutive interpreting, sebaiknya beberapa hari sebelum pelaksanaan sudah mendapatkan materi penunjang dari topik yang nanti akan dibicarakan. Persiapan yang matang akan mempengaruhi kualitas dan kredibilitas kita sebagai seorang juru bahasa. Selain itu, seorang juru bahasa juga harus memastikan agar dibayar di muka minimal sebesar 50% ; bila klien tidak dapat memenuhinya lebih baik tidak menerima pekerjaan yang ditawarkan. Keuntungan menjadi seorang juru bahasa adalah bisa ikut di dalam perjalanan atau rombongan tertentu, termasuk mendapat fasilitas yang baik.

Pembicara keempat adalah Meidy Maringka, juru bahasa senior dari Surabaya yang mengkhususkan diri dalam bidang keagamaan. Menurut beliau, dalam melakukan consecutive interpreting, kita sebagai juru bahasa bisa mendapat keuntungan yaitu bisa meminta kepada pembicara untuk sedikit mengulangi kembali kata atau kalimat yang terdengar agak kurang jelas diterima dan dimengerti, jadi ada sedikit jeda waktu untuk berpikir dan menyampaikan kembali rangkaian kalimat tersebut. Untuk tantangan yang pernah dihadapi yaitu ketika salah menangkap maksud dari kata yang disampaikan oleh pembicara sehingga menyebabkan salah pengertian pada saat penyampaian kembali. Cara untuk mengantisipasi agar hal tersebut tidak terjadi yaitu dengan langsung bertanya kepada pembicara (berani menanggung rasa malu).

Kemudian acara dilanjutkan dengan tanya jawab dari para peserta, antara lain Ibu Sofia Mansoor yang menanyakan mengenai konsistensi penggunaan istilah, apakah masih diperbolehkan menggunakan istilah asing atau harus istilah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Menurut Mbak Susi Septavania, sebaiknya diusahakan untuk tetap konsisten menggunakan istilah yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa target. Pertanyaan lain juga diajukan oleh rekan penerjemah, Ricky Zulkifli, yang menanyakan bagaimana caranya membagi konsentrasi pada saat consecutive interpreting. Dijawab oleh Mbak Indra Blanquita bahwa hal tersebut dapat dibantu melalui note taking tapi tidak boleh melakukan summarize; cukup menuliskan beberapa kata inti yang sesuai dengan isi pembicaraan dan konsentrasi dalam mendengarkan pembicara, kemudian setelah pembicara selesai berbicara kita langsung menyampaikan kembali dengan dibantu catatan kecil tersebut.

Pertanyaan berikutnya diajukan oleh Samsu Umar, tentang cara membagi konsentrasi saat melakukan simultaneous interpretingagar tidak saling mempengaruhi. Dalam jawabannya, Mbak Susi Septavania mengatakan bahwa hal tersebut bisa dilatih denganmembiasakan pendengaran kita untuk mendengarkan pembicaraan dalam bahasa sumber dan berlatih menerjemahkan secara langsung karena hal tersebut akan mempengaruhi sistim kerja otak kita yang nanti akan secara otomatis bisa memisahkan cara berkonsentrasi dan mengingat kata atau kalimat yang diucapkan.

Setelah sesi tanya-jawab, acara dilanjutkan dengan demo simultaneous dan consecutive interpreting yang diperagakan oleh Mbak Indra Blanquita. Dalam demo tersebut diperlihatkan perbedaan mendasar dalam melakukan simultaneous dan consecutive interpreting. Untuk simultaneous interpreting, mengutip istilah dari Mbak Indra, “menempel lebih mesra dari pasangan sendiri”, diperlihatkan bahwa seorang juru bahasa harus terus berkonsentrasi dalam mendengarkan setiap kata dan kalimat yang diucapkan oleh pembicara karena bila tertinggal beberapa detik maka hal itu dapat menyebabkan timbulnya perbedaan makna sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak tepat sasaran. Untuk consecutive interpreting, seorang juru bahasa melakukan note taking dengan berkonsentrasi mendengarkan dan memperhatikan pembicara, lalu ketika pembicara selesai maka juru bahasa langsung menyampaikan isi dari kalimat tersebut ke dalam bahasa target. Diusahakan jangan sampai ada kata atau kalimat yang terlewat.

Acara diskusi dan tanya-jawab tersebut diakhiri dengan pemberian hadiah kepada peserta yang dianggap telah mengajukan pertanyaan terbaik, dan hadiah jatuh kepada rekan Ricky Zulkifli berupa satu set buku yang terdiri atas buku Bahtera 1 dan 2 (Tersesat Membawa Nikmat dan Menatah Makna) serta Pedoman Bagi Penerjemah karya Rochayah Machali. Hadiah juga diberikan kepada dua orang peserta yang sudah berani tampil untuk mencoba melakukan penjurubahasaan dari video yang sengaja dipilih dari Youtube.

Acara dilanjutkan dengan perayaan singkat peringatan setahun berdirinya HPI Komda Jabar yang ditandai dengan pemotongan kue dengan lilin angka 1. Sebenarnya ulang tahun pertama HPI Komda Jabar jatuh pada pada tanggal 23 Juli 2012,  tetapi baru“dirayakan” pada hari ini, karena tanggal tersebut bertepatan dengan bulan puasa. Pemotongan kue dilakukan oleh Ketua HPI KomdaJabar, Lanny Utoyo,  lalu potongan pertama diserahkan kepada Ketua HPI Pusat. Potongan kedua kepada Sekretaris HPI Pusat, dan yang ketiga kepada Ibu Sofia Mansoor, penasihat Komda Jabar. Acara dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan dari HPI KomdaJabar kepada para narasumber dan moderator. Tidak lupa tentunya, acara foto bersama, yang tidak dilewatkan oleh semua peserta dan pengurus. Makan siang dengan menu nasi timbel komplit dan sayur asem melengkapi temu Komp@k kali ini, sekaligus menjadi mata acara terakhir.

Sungguh acara ini memberikan informasi dan ilmu yang sangat bermanfaat bagi semua peserta, selain untuk mempererat tali silaturahmi dengan sesama rekan penerjemah dan/atau juru bahasa. Semoga acara hari ini mendapatkan tanggapan positif dan ditindaklanjuti dengan melaksanakan pelatihan penjurubahasaan secara berkesinambungan, yang pada akhirnya bisa menghasilkan juru bahasa generasi baru yang kompeten dalam bidang ini. Aamiin.

 

Catatan: pelatihan rencananya akan diadakan pada tanggal 1 Desember 2012 , dengan didahului seleksi calon peserta pelatihan (dibatasi hanya 15 orang) satu atau dua minggu sebelumnya.

Bandung, 9 September 2012

Tim Lapanta HPI Komda Jabar

9 September 2012 3 comments
0 FacebookTwitterPinterestLinkedinTumblrWhatsappTelegramLINEEmail
Newer Posts
Older Posts

Pos-pos Terbaru

  • Sosialisasi Ketentuan Administrasi Keanggotaan HPI 2025
  • Menangkap Nuansa dalam Terjemahan – antara Makna dan Rasa
  • Client 101: How to Get International Client in Language Services
  • LAPANTA KONGRES LUAR BIASA HIMPUNAN PENERJEMAH INDONESIA TAHUN 2025
  • Kongres Luar Biasa HPI 2025

Komentar Terbaru

  • Beasiswa Full S2 dan S3 ke Australia | AAS 2025 - Penerjemah Tersumpah pada Sertifikasi
  • Jasa Translate Ijazah Sekolah Jakarta | Cukup dengan 6... pada Sertifikasi
  • Translate Every Word With Us! – FIB-UGM pada Acuan Tarif Penerjemahan
  • 1131gg pada Memulai dengan Surel
  • Biaya Jasa Penerjemahan Menurut Pemerintah - Ubah Kata pada Acuan Tarif Penerjemahan
  • Facebook
  • Twitter
  • Instagram
  • Email

© 2020 Himpunan Penerjemah Indonesia

Himpunan Penerjemah Indonesia
  • Beranda
  • Organisasi
    • Sejarah
    • HPI Pusat
    • Komisariat Daerah
      • HPI Komda Jabar
      • HPI Komda Jatim
      • HPI Komda Bali
      • HPI Komda Nusra
      • HPI Komda DIY
      • HPI Komda Jateng
      • HPI Komda Kepri
      • HPI Komda Kalsel
      • HPI Komda Kaltimtara
      • HPI Komda Sulsel
      • HPI Komda Sumbagut
      • HPI Komda Sumbar
    • Pengurus
    • Mitra
    • Dasar Hukum
    • AD/ART
    • Laporan Tahunan
    • Kongres HPI
  • Berita & Cerita
    • Berita
    • Cerita
    • Nawala
    • Galeri
  • Kegiatan
    • Mendatang
    • Lampau
Himpunan Penerjemah Indonesia
  • Profesi
    • Kode Etik & Kode Perilaku
    • Acuan Tarif
    • Sertifikasi
      • Informasi TSN HPI
      • Direktori Penerima Sertifikat
  • Anggota
    • Informasi
    • Pengajuan
    • Sihapei
  • Kontak
© 2020 Himpunan Penerjemah Indonesia